Duduk terdiam disana dipinggir jalan
lampu kota merah merona menggoda kaki
untuk berjoget ikut irama lampu
sandar bayangan itu makin terlihat
Terpana saya melihat
dengan kecepatan kendaraan bermotor
melaju dengan kecepatan standart 40 km
Sosok pria tua dengan tongkat kayu nya
Tongkat kayu yg menuntun dia
untuk merasakan kasarnya dunia yang memang kalut
atau memang hati ini terenyuh melihat kondisi itu
dengan ketegaran pria setengah baya pun terlihat
entah perasaan hati saya yang memang teriris
Dengan laju kecepatan yang semakin perlahan
bayangan itu pun terlihat
konstan saya terpana bahkan terpukau
atas kebesaran ilahi
Dengan tongkatnya menuntun dan merasakan
perlahan tempat yang dia tuju
entah beristirahat ataupun lelah
lewat sosok bayangan itu
Kembali terlihat bayangan semu itu hadir
menyapa hati menggengam otak
sadis tidak hanya satu bayangan
bayangan sosok setengah baya itu pun
terlihat 2 bahkan 3 sosok
Dengan gembolan kerupuknya
kerupuk udang putih yang memang
mata kehidupan bagi mereka
apa mereka tahu nilai nominal yang diberikan
Saya rasa mereka hanya ikhlas menerima
tidak perduli untung dan hasil yang diharapkan
mulia sungguh dengan kekeurangannya
mata yang tidak dapat melihat indahnya dunia
sejatinya mereka beruntung tidak dapat
melihat kefanaan dunia ini
bahkan kesombongan para manusia yang bernafas
nafas keji bahkan nafas egois
Lihat dan lihatlah
mereka punya telinga yang mendengar
mungkin frekuensi mereka jauh lebih tajam
tajam dari kita yang normal
Bersyukurnya kita punya kekuatan
bersyukurnya kita punya penglihatan
Beban yang tersimpan dimereka
tidak sebesar beban kita yang berada disini
mereka sanggup dengan kondisinya
menjalani kehidupan layaknya
Bergerak, berjalan, berpindah
tertawa dan menangis
berantem, bercanda bahkan terbahak
Selamat mengulang kembali pak
Kita hanya butuh waktu, keberuntungan dan keikhlasan
Mungkin kita bertemu dilain tempat
Tempat yang semua banggakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar